Perbedaan stres dan depresi - Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres adalah hal
yang normal dan justru baik bagi Anda dalam situasi tertentu. Ketika Anda
sedang dilanda stres, misalnya karena tumpukan pekerjaan atau karena Anda
sedang merencanakan pernikahan, Anda akan semakin terpicu untuk fokus pada
masalah dan meningkatkan kinerja. Namun, Anda perlu berhati-hati karena kalau
sudah terlewat stres, Anda bisa jadi menderita depresi. Bahkan pada beberapa
kasus, depresi bisa muncul tanpa didahului oleh stres.
Stres dan depresi sering kali digunakan oleh awam sebagai
istilah yang dapat dipertukarkan. Padahal, kedua hal ini memiliki perbedaan
mendasar. Cara kerja stres dan depresi tidaklah sama, maka penanggulangannya
pun akan berbeda pula. Jika tidak ditangani dengan benar, depresi bisa
membahayakan kesehatan jiwa, jasmani, hingga nyawa. Jadi, penting bagi Anda
untuk mengenali perbedaan stres dan depresi agar bisa merawat diri dengan tepat
sebelum terlambat.
Apa Bedanya Stres Dan Depresi ?
Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya
tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama.
Stres bisa mendorong Anda untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, tapi
juga bisa mematahkan semangat Anda. Ini karena setiap orang memiliki mekanisme
yang berbeda-beda dalam menghadapi stres.
Baca Juga:
Ketika Anda dilanda stres, tubuh Anda membaca adanya
serangan atau ancaman. Sebagai mekanisme perlindungan diri, tubuh akan
memproduksi berbagai hormon dan zat-zat kimia seperti adrenalin, kortisol, dan
norepinefrin. Akibatnya, Anda akan merasakan dorongan energi dan peningkatan
konsentrasi supaya Anda bisa merespon sumber tekanan secara efektif. Tubuh juga
akan secara otomatis mematikan fungsi-fungsi tubuh yang sedang tidak
diperlukan, misalnya pencernaan. Namun, apabila stres muncul pada saat-saat
yang tidak diinginkan, darah akan mengalir ke bagian-bagian tubuh yang berguna
untuk merespon secara fisik seperti kaki dan tangan sehingga fungsi otak
menurun. Inilah sebabnya banyak orang yang justru sulit berpikir jernih saat
diserang stres.
Dr. Steve Peters, seorang profesor dan psikiater dari
Sheffield Medical School, memiliki daftar hal-hal yang mungkin sering terjadi
pada diri Anda tanpa disadari, yang sebenarnya merupakan pertanda hal lainnya.
Hal-hal di bawah ini seringkali berlalu begitu saja dan
dianggap normal menimpa diri kita, namun ternyata jauh di balik itu, hal-hal di
bawah ini menandakan bahwa sebenarnya kita sedang stres dan terganggu secara
emosional. Apa saja tanda-tanda stress tersebut?
1. Merasa terlalu emosional
Dalam waktu yang senggang, sering kali kita memikul banyak
beban pikiran dan masalah di kepala, hingga semuanya turun ke perasaan dan
membuat kita menjadi emosional bahkan menangis. Namun, hal tersebut sering kita
anggap sebagai suatu yang normal, hanya sekadar keadaan diri yang sedang rapuh.
Jangan meremehkan kondisi seperti itu. Hal ini ternyata bisa
menjadi cikal bakal gangguan emosional berkepanjangan pada diri Anda.
2. Lembur padahal tak perlu
Dalam hal ini, lembur bukan hanya diartikan sebagai kerja
melewati batas waktu normal, karena hal tersebut sifatnya adalah sebuah
kewajiban. Namun, beberapa orang memilih untuk tetap tinggal di kantor dan
menunda pulang karena satu dan lain hal yang sifatnya pribadi.
Kini lembur sering dijadikan sebuah aktivitas yang
‘diniatkan’. Maksudnya, banyak orang yang memilih lembur karena seakan hal
tersebut dapat dijadikan pelarian atas beberapa hal yang ingin dihindari,
seperti masalah di rumah, masalah hubungan, mencoba show off pada
atasan, dan lain-lain. Memang hal tersebut terlihat seperti jalan pintas untuk
mencegah stres, namun siapa sangka bahwa lembur justru mendatangkan stress dan
gangguan emosional?
Intinya, lembur yang seperti ini hanya berperan sebagai
pelarian dari stress yang kemudian akan mendatangkan stress lebih dalam. Maka
dari itu, berpikirlah dua kali jika Anda memaksakan lembur saat Anda sedang
memikul banyak pikiran yang sifatnya personal.
3. Sensitif/cepat marah
Akan ada momen dalam hidup kita di mana kita sangat mudah
tersinggung. Hal-hal kecil yang mengusik kenyamanan kita bisa kita balas dengan
amarah yang tidak sebanding. Dan buruknya, hal ini sering kita tumpahkan justru
kepada orang-orang terdekat, atau orang-orang yang kita sayangi. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa kita sedang stress dan terganggu stabilitas emosinya.
Bagi para atasan, hati-hati dengan gejala ini. Staff atau
bawahan jangan selalu dijadikan sasaran. Karena, dampaknya akan lebih buruk
dari apa yang Anda bayangkan. Mengontrol diri dalam keadaan seperti ini memang
merupakan tantangan yang cukup sulit bagi kita, namun saat semua sudah
dalam kontrol, maka hal baik akan datang pada diri kita.
4. Mood swing
Mood swing adalah kondisi di mana jarak antara
kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan terasa begitu dekat. Ketiga hal tersebut
terjadi bergantian secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Jika ini terjadi
pada Anda, mungkin ada yang salah dengan Anda.
Steve Peters memiliki beberapa solusi untuk Anda yang
mungkin atau terlanjur berada dalam kondisi seperti ini. Bicaralah. Cobalah
untuk berbagi dan menumpahkan perasaan Anda pada seseorang yang Anda pikir
dapat memberi sebuah perspektif lain dalam memandang hidup, akan lebih baik
jika orang ini dirasa dapat menjadi solusi atau memiliki solusi untuk
masalah-masalah yang sedang Anda hadapi. Kemudian, hal ini juga dapat membuka
dan menunjukkan apa yang terjadi pada diri kita kepada diri kita sendiri.
Maksudnya, terkadang dengan berbicara dengan orang lain kita baru sadar apa
yang sedang terjadi pada diri kita.
5. Hilang tujuan
Hidup dengan memiliki tujuan jelas baik untuk diri kita.
Kita akan menjalani hari-hari penuh dengan percaya diri dan merasa memiliki
harga diri. Namun, apa yang terjadi saat yang menimpa diri kita adalah yang
sebaliknya, Anda merasa tidak punya tujuan.
Kesenangan bisa kita dapatkan saat kita dapat mengatasi
sebuah tujuan, sekecil apapun tujuan tersebut. Maka, bisa dikatakan bahwa saat
kita memiliki target, maka akan ada kesenangan kesenangan yang akan kita raih
di depan. Berarti, jika kita merasa sedang tidak ada yang dituju, maka sirna
pula kesenangan yang menjanjikan. Hal tersebut mengarahkan kita pada stress dan
gangguan emosional.
6. Selalu merasa tidak dihargai
Jika seseorang merasa segala perlakuannya tidak dihargai,
bahkan jika pada kenyataannya tidak demikian, maka orang tersebut bisa jadi
sedang terganggu masalah psikologis. Kemudian, merasa tidak dihargai dapat
berdampak pada spektrum emosi lainnya seperti frustrasi, amarah, rendah diri,
bahkan hingga hilangnya kepercayaan diri.
Hal yang paling tepat dilakukan adalah mengambil alih mind
set tersebut dengan berpikir positif. Karena, keadaan seperti itu
tidak bisa ditolong siapapun kecuali oleh orang yang mengontrol pikiran
tersebut.
7. Selalu ingin memegang kendali
Dikarenakan gangguan di dalam diri kita, kita terpacu untuk
mengendalikan lingkungan di luar diri kita. Kecenderungan tersebut amat lumrah
terjadi. Intinya, kita berusaha sebagaimana mungkin untuk mengubah semua hal
menjadi seperti apa yang kita inginkan.
Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental
yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola
tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya.
Depresi adalah penyakit mental yang ditandai dengan perasaan
sedih yang intens. Anda juga mungkin merasa tak berdaya, putus asa, dan tidak
berharga. Tidak hanya mempengaruhi Anda, depresi juga akan mengubah hubungan
Anda dengan keluarga dan kerabat.
Depresi memiliki istilah medis yaitu “depressive disorder,”
atau “clinical depression.” Depresi ini merupakan penyakit nyata dan
bukan merupakan tanda kelemahan seseorang maupun cacat karakter.
Depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui seperti stres
atau panik. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat
atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah. Kondisi
ini bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih. Maka, orang yang menderita
depresi biasanya jadi sulit menjalani kegiatan sehari-sehari seperti bekerja,
makan, bersosialisasi, belajar, atau berkendara secara normal. Siapa pun bisa
terserang depresi, terutama jika ada riwayat depresi dalam keluarga terdekat
Anda. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terserang depresi
daripada pria.
Namun ada satu hal yang harus diingat bahwa depresi dapat
diobati dan banyak orang yang merasa lebih baik setelah menjalani pengobatan.
Penyebab Depresi
Tidak ada penyebab pasti dari depresi. Hal ini biasanya
merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor. Banyak faktor yang dapat memicu
depresi, termasuk genetika, biologi dan kimia otak, dan peristiwa kehidupan
seperti trauma, kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang gagal, pengalaman
anak usia dini, atau situasi stres.
Pada beberapa kasus, kondisi kesehatan lainnya juga dapat
menyebabkan depresi, terutama gangguan kronis seperti seperti diabetes, kanker,
penyakit jantung, dan penyakit Parkinson.
Jenis depresi?
Tergantung tingkat keparahannya, depresi terbagi menjadi:
Major depression
(clinical depression): Depresi berat yang ditandai dengan gejala depresi
konstan. Gejala yang menyerang bisa parah ataupun ringan, dan biasanya
berlangsung selama sekitar enam bulan. Depresi berat merupakan kondisi
berulang. Namun pada beberapa kasus, orang bisa saja mengalaminya hanya sekali
seumur hidup.
Dysthymia:
Dysthmia memiliki gejala depresi ringan yang cenderung bertahan lama
(sedikitnya dua tahun). Jika Anda memiliki dysthymia, suasana hati Anda mungkin
buruk dan Anda mungkin terbiasa berpikir bahwa sifat tersebut merupakan “jati
diri Anda”. Gejala depresi ini tidak boleh dianggap remeh karena dapat mencegah
Anda menikmati hidup seutuhnya.
Persistent depressive disorder: Jenis depresi ini setidaknya
bertahan selama dua tahun dan gejalanya mirip dengan major depression. Anda
bisa saja memiliki gejala ringan atau sedang dengan periode gejala yang lebih
singkat.
Psychotic depression: Jenis depresi ini adalah kombinasi
dari depresi dan psikotik. Selain suasana hati yang rendah saat mengalami
depresi, orang dengan psychotic depression mungkin kehilangan kesadaran diri
atas realitas dengan memercayai hal-hal yang orang lain tidak bisa dengar atau
lihat.
Postpartum depression:
Jenis depresi ini terjadi pada ibu yang baru setelah melahirkan. Postpartum
depression jauh lebih serius daripada baby blues. Sebanyak 70-80% ibu baru
terserang baby blues, sementara hanya 10-15% ibu yang menderita postpartum
depression, ketika gejalanya lebih intens dan bertahan lebih lama.
Bipolar disorder
(manic depression): Seseorang akan mengalami depresi bergantian dengan
manic depression. Siklus ini dapat menyebabkan perilaku impulsif, hiperaktif,
dan bicara cepat.
Seasonal affective
disorder (SAD): Jenis depresi ini sering terjadi pada musim gugur atau
musim dingin ketika hari menjadi lebih pendek dan bertahan sampai hari cerah di
musim semi atau awal musim panas. Beberapa orang mungkin mengalami SAD untuk
waktu yang singkat di musim panas.
Siapa saja yang berisiko depresi?
Beberapa faktor dalam hidup Anda dapat meningkatkan risiko
depresi. Anda mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena depresi jika Anda
mengalami:
- Fase kehidupan yang sulit, misalnya mengalami pengangguran, perceraian, kemiskinan, meskipun peristiwa ini dapat bertahan lama, depresi berat biasanya hanya terjadi pada orang yang memang memiliki kecenderungan akan gangguan itu.
- Kepribadian. Anda mungkin merasa kesulitan untuk mengatasi stres dalam hidup, atau sulit beradaptasi dengan situasi baru.
- Faktor genetik. Orang yang memiliki saudara dengan depresi menempatkan diri mereka dalam risiko yang lebih tinggi.
- Riwayat Anda. Trauma masa kecil dapat mengubah cara Anda menanggapi rasa takut dan stres. Peristiwa lain dalam hidup seperti usaha bunuh diri, atau segala bentuk pelecehan – seksual, fisik atau substansi.
- Beberapa obat resep dapat menyebabkan depresi, termasuk kortikosteroid, beberapa beta-blocker, interferon, dan reserpine.
- Terlalu sering menggunakan alkohol dan amfetamin dapat memicu depresi.
- Cedera kepala masa lalu.
- Orang dengan riwayat depresi berat dapat mengalami kekambuhan.
Gejala Depresi
Tanda-tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres.
Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari
kapan depresi pertama kali menyerang. Berikut adalah berbagai gejala depresi
yang biasanya terjadi.
Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga
Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi
Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina
Sulit mengambil keputusan
Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengingat-ingat
Merasa bersalah, gagal, dan sendirian
Berpikiran negatif secara terus-menerus
Mudah kecewa, marah, dan tersinggung
Sulit menjalani kegiatan sehari-hari
Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati
Adanya pikiran untuk bunuh diri
Sedangkan pada seorang remaja, ada beberapa petunjuk untuk mengenali remaja yang sedang depresi,
diantaranya :
1. Mudah marah, sedih, merasa kosong, dan beranggapan bahwa
hidup tidak berarti.
2. Kehilangan minat dalam hal olahraga, hobi, atau kegiatan yang biasanya mereka nikmati. Menarik diri dari teman-teman dan keluarga, serta memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Adanya perubahan nafsu makan. Berat badan menurun secara berangsur-angsur.
4. Sering melakukan kegiatan yang berlebihan di waktu malam, sehingga menyebabkan tidur yang kurang. Pola tidur tidak normal, kadang berlebih dan kadang kurang, diikuti kesulitan bangun di pagi hari.
5. Mengalami kelambatan dalam segi fisik, senang mondar-mandir secara berlebihan atau melakukan perilaku yang repetitif atau berulang-ulang.
6. Kehilangan energi, menarik diri dari lingkungan sosial, menunjukkan tanda-tanda kebosanan, dan tidak mau melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
7. Membuat komentar yang kritis dan sinis terhadap diri mereka sendiri. Memiliki masalah perilaku di sekolah atau di rumah dan terlalu sensitif terhadap penolakan.
8. Performa yang buruk di sekolah, sering tertidur dan tidak berkonsentrasi di kelas, serta sering tidak masuk sekolah.
9. Seringkali diikuti dengan keluhan fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sering berkunjung ke UKS sekolah.
10. Menulis tentang kematian, membuang barang-barang favoritnya, dan sering mengatakan bahwa orang lain lebih baik tanpanya.
2. Kehilangan minat dalam hal olahraga, hobi, atau kegiatan yang biasanya mereka nikmati. Menarik diri dari teman-teman dan keluarga, serta memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Adanya perubahan nafsu makan. Berat badan menurun secara berangsur-angsur.
4. Sering melakukan kegiatan yang berlebihan di waktu malam, sehingga menyebabkan tidur yang kurang. Pola tidur tidak normal, kadang berlebih dan kadang kurang, diikuti kesulitan bangun di pagi hari.
5. Mengalami kelambatan dalam segi fisik, senang mondar-mandir secara berlebihan atau melakukan perilaku yang repetitif atau berulang-ulang.
6. Kehilangan energi, menarik diri dari lingkungan sosial, menunjukkan tanda-tanda kebosanan, dan tidak mau melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
7. Membuat komentar yang kritis dan sinis terhadap diri mereka sendiri. Memiliki masalah perilaku di sekolah atau di rumah dan terlalu sensitif terhadap penolakan.
8. Performa yang buruk di sekolah, sering tertidur dan tidak berkonsentrasi di kelas, serta sering tidak masuk sekolah.
9. Seringkali diikuti dengan keluhan fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sering berkunjung ke UKS sekolah.
10. Menulis tentang kematian, membuang barang-barang favoritnya, dan sering mengatakan bahwa orang lain lebih baik tanpanya.
Depresi dapat memicu tindakan bunuh diri. Tanda-tanda peringatan bunuh diri termasuk:
- Berbicara tentang tindakan bunuh diri atau tindakan merugikan diri sendiri lainnya.
- Mengaku putus asa atau merasa terjebak.
- Merasa dekat dengan kematian.
- Bertindak ceroboh, seolah-olah mereka memiliki keinginan untuk mati (misalnya menerobos lampu merah).
- Menelepon atau mengunjungi orang untuk mengucapkan selamat tinggal.
- Mengatakan hal-hal seperti “semua orang akan merasa lebih baik tanpa aku” atau “aku ingin pergi”.
- Perubahan tiba-tiba dari pribadi yang sangat tertekan menjadi pribadi yang tenang dan bahagia.
Anda juga mungkin melihat depresi melalui bahasa tubuh:
- Terlihat sengsara, mata menangis, alis berkerut, mulut cemberut.
- Kemerosotan postur tubuh, berkurangnya kontak mata dan ekspresi wajah.
- Gerakan tubuh tidak banyak, dan ada perubahan pada nada bicara (misalnya suara lembut dan cenderung menggunakan kata-kata monosilabik).
- Suram, pesimis, pasif, lesu, tertutup, kritis terhadap diri dan orang lain, serta senang mengeluh.
Cara menangani depresi
Jika ternyata Anda mengalami depresi, Anda harus segera
mengambil tindakan. Depresi merupakan penyakit yang bisa disembuhkan kalau
penanganannya tepat. Namun, depresi tidak bisa disembuhkan oleh Anda seorang
diri. Anda membutuhkan bantuan orang lain. Cobalah untuk menjalani sesi
konseling bersama psikolog atau psikiater. Anda juga mungkin akan dirujuk untuk
menjalani berbagai terapi seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan
psikoterapi.
Untuk membantu Anda mengatasi kegelisahan atau tenggelam
dalam kesedihan yang berlarut-larut, pengobatan dengan antidepresan dan obat
penenang bisa menjadi solusinya. Obat tidur juga mungkin ditawarkan bagi Anda
yang mengalami insomnia atau sulit tidur. Ingatlah bahwa terserang depresi
bukan kesalahan Anda, tapi Anda bisa melawannya. Ceritakan situasi Anda dengan
jujur pada orang-orang terdekat Anda agar mereka bisa mendukung dan membantu
Anda sembuh lebih cepat.
Orang yang mengalami depresi biasanya sembuh lebih cepat
dengan bantuan dan dukungan dari orang lain. Anda harus membicarakan kondisi
Anda kepada anggota keluarga dan teman-teman sembari melakukan beberapa tips di
bawah ini:
- Patuhi rencana pengobatan Anda. Anda harus mencoba untuk tidak melewatkan setiap pemeriksaan atau dosis obat bahkan ketika gejala berhenti. Pastikan Anda mengonsumsi antidepresan sesuai anjuran.
- Pelajari informasi seputar depresi. Dorong keluarga Anda untuk belajar mengenai depresi untuk membantu mereka memahami dan mendukung Anda. Dengan memahami kondisi Anda, mereka dapat membantu Anda untuk menghindari pemicu dan memotivasi Anda untuk tetap pada rencana pengobatan.
- Hindari konsumsi alkohol dan narkoba.
- Konsumsi makanan sehat, aktif secara fisik, dan tidur cukup untuk memastikan kebugaran tubuh.
- Buatlah catatan dalam jurnal. Anda dapat mengekspresikan rasa sakit, marah, takut atau emosi lainnya melalui tulisan.
- Temukan support group, kelompok konseling dan kelompok lainnya untuk membantu meringankan depresi. Kelompok agama mungkin juga menawarkan bantuan untuk masalah kesehatan mental.
- Pelajari cara untuk bersantai dan mengelola stress, seperti meditasi, relaksasi otot progresif, yoga dan tai chi.
- Susun rencana kegiatan sehari-hari. Anda mungkin terbantu dengan adanya daftar tugas harian, catatan tempel sebagai pengingat agar rencana Anda lebih terorganisir. Jangan memaksakan diri Anda untuk melakukan terlalu banyak pekerjaan.
- Jangan membuat keputusan penting ketika Anda sedang dalam kondisi di bawah. Hindari pengambilan keputusan ketika Anda merasa tertekan, karena Anda mungkin tidak berpikir dengan jernih.
Walaupun merupakan kondisi serius, depresi tetap dapat
diobati. Hubungi dokter atau terapis jika Anda menemukan adanya perubahan
gejala atau perasaan Anda. Mintalah kerabat atau teman untuk membantu Anda
memantau gejala-gejala depresi.
Apa bahayanya jika depresi tidak
ditangani?
Jangan menyepelekan atau membiarkan depresi begitu saja
karena dampaknya sangat berbahaya. Berbagai studi telah menemukan hubungan yang
sangat erat antara depresi dengan penyakit hati dan gagal jantung. Selain itu,
penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menderita depresi memiliki
kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas akibat perubahan pola makan
yang drastis dan kurang berolahraga. Jika tidak ditangani secara serius,
depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak serta meningkatkan risiko
Alzheimer dan stroke.
Dalam beberapa kasus, mereka yang sudah terserang depresi
berat cenderung mencoba untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Maka, sudah
saatnya Anda menanggapi stres dan depresi dengan serius. Kenali perbedaannya
dan segera tangani stres dan depresi sebelum terlambat. (Hellosehat.com)
Posting Komentar untuk "Perbedaan Antara Stres Dan Depresi"