Desa wisata Bukit Mantar yang terletak di salah satu desa di wilayah Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB ini berada tepat di atas punggung bukit pada ketinggian 630 meter di atas permukaan laut.
Pesona keindahan desa Mantar, Sumbawa (sumber : Harryhermanan.blogspot.co.id) |
Layangkan pandangan ke arah sekitarnya, sejauh mata memandang yang tersaji adalah keindahan yang berupa perpaduan panorama alam yang memesona dan hawa dingin khas pegunungan.
Arahkan pandangan ke barat, Anda akan menyaksikan gugusan pulau dan keindahan pemandangan alam dengan latar belakang pulau Lombok dan Selat Alas. Di sisi lain dari atas punggung Bukit Mantar tampak Pulau Panjang yang membentang seakan membelah laut perairan Selat Alas.
Dari punggung bukit itu kita juga bisa memandang Gunung Rinjani yang terkenal di dunia karena keindahan dan keunikannya.
Dari puncak bukit Mantar kita juga bisa menikmati gugusan pulau-pulau kecil yang dikenal dengan sebutan “Gili Balu” (delapan pulau kecil).
Pulau-pulau yang tak berpenghuni itu adalah Pulau Kenawa, Pulau Mendaki, Pulau Paserang, Pulau Belang, Pulau Ular, Pulau Nako dan Pulau Kalong.
Salah satunya Pulau Kenawa dengan luas 3,80 hektare dan panjang pantai 1,73 kilometer kini cukup dikenal wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pulau Kenawa yang dihiasi padang sabana itu telah dilengkapi fasilitas penginapan dan pelabuhan wisata, berjarak hanya 1,63 kilometer dari daratan Pulau Sumbawa.
POTENSI WISATA DESA MANTAR LOKASI FILM
Melihat potensinya, Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah menetapkan Desa Mantar menjadi “desa budaya” yang menjadi magnet wisata di “Bumi Undru” (nama lain Kabupaten Sumbawa Barat).
Meski berada di wilayah terisolir, Mantar merupakan salah satu desa yang cukup dikenal di tingkat nasional, karena desa ini pernah menjadi lokasi pengambilan gambar film “Serdadu Kumbang” garapan sutradara kondang Ari Sihasale yang mengisahkan tentang kehidupan tiga bocah yang hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Pohon Harapan, salah satu lokasi film Serdadu Kumbang (Kompasiana.com) |
Di ketinggian 630 meter di atas permukaan laut Desa Mantar kini telah dibangun landasan paralayang dan sejumlah fasilitas penunjang lainnya menggunakan anggaran yang bersumber dari dan tangggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Bahkan spot paralayang di Mantar ini disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia.
Berbagai fasilitas penunjang untuk mendukung keberadaan Desa Mantar sebagai destinasi wisata tengah giat dilakukan. Diantaranya memperbaiki jalan menuju Desa Mantar guna memudahkan masyarakat dan para wisatawan menjangkau objek wisata tersebut. Jarak sejauh 10 kilometer menuju Mantar kini bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, sebelumnya mencapai lebih 1 jam dari Sumbawa Barat.
Para pengunjung bisa menginap di rumah penduduk yang berfungsi sebagai homestay, termasuk untuk makan dan minum para wisatawan suguhannya adalah kuliner khas Mantar, seperti “sepat” dan “singang” yaitu masakan yang berbahan ikan.
MISTERI ALBINO DI DESA MANTAR
Menurut penuturan tokoh masyarakat yang juga Ketua Adat Desa Mantar M. Nasir, konon penduduk Desa Mantar merupakan keturunan dari bangsa Portugis yang kapalnya terdampar dan rusak di perairan pantai di bawah Bukit Mantar tahun 1814 yang kini masuk wilayah Desa Tuananga, Kecamatan Poto Tano.
Versi Wikipedia, nenek moyang penduduk mantar memang berasal dari sejumlah suku bangsa seperti Portugis, Jerman, Arab dan sebagian orang Gresik Jawa Timur. Awalnya ada sebuah kapal pedagang cina di abad 16 yang membawa puluhan orang dari suku bangsa tersebut, namun saat melewati selat alas sumbawa, kapal karam dan terdampar.
Para penumpang kapal itu terpaksa menetap di Desa Kuang Buser dan Tuananga. Kemudian mereka mendaki lereng bukit yang tak jauh dari Selat Alas Sumbawa dan akhirnya menetap di pucak bukit di atas permukaan laut yang dinamakan Mount Tarry. Entah bagaimana ceritanya, kini tempat tersebut menjadi Desa Mantar. Mungkin faktor kesamaan bunyi nama tempatnya.
Suasana desa Mantar (sumber : Cumilebay.com) |
Di desa Mantar terdapat 7 orang albino yang hingga kini keberadaannya masih menjadi misteri. Mengapa ada keturunan desa mantar yang Albino dan sejak dulu jumlahnya hanya 7 orang saja?
Keberadaan albino di desa Mantar memang seringkali dikaitkan dengan legenda dan asal-muasal nenek moyang orang Mantar. Namun mengapa hanya ada 7 orang saja, ini masih misterius.
Sejauh ini hanya ada 7 orang albino yang hidup, tidak boleh lebih. Ketika ada seorang albino lagi yang lahir, maka itu pertanda aka nada albino lain yang meninggal.
Ada versi yang menjelaskan bahwa dahulu ada 7 suku bangsa sebagai nenek moyang penduduk desa Mantar. Sehingga sampai sekarang hanya boleh 7 orang albino yang hidup, sebagai simbolisasi yang mewakili asal-usul nenek moyang mereka. Yang jelas jika ada 1 albino lagi yang lahir, maka salah satu dari 7 albino yang hidup akan meninggal dengan tanpa tanda-tanda atau sakit sebelumnya.
Versi lain menyebutkan tujuh albino muncul saat leluhur penduduk mantar asal Gresik bernama abdulrahman sebelum meninggal berpesan bahwa hanya boleh ada 7 albino di desanya. Sejak itu lah setiap muncul bayi albino ke delapan, maka salah satu dari albino yang hidup akan meninggal dunia.
Faktanya pemimpin masyarakat Mantar harus merupakan kelompok keturunan Gresik. Konon ketika kapal karam kelompok mereka telah berikrar bahwa yang boleh memimpin kelompok mereka adalah orang Indonesia yang merupakan keturunan Gresik.
Mana versi yang benar atau memang keberadaan albino ini akan menjadi sebuah misteri selamanya? Wallahu a'lam.
AKSES MENUJU DESA MANTAR
Seperti halnya dengan perjalanan wisata menuju Way Rebo di Flores, ada tantangan yang harus dihadapi para wisatawan untuk mencapai desa di perbukitan Mantar. Ada medan cukup berat yang harus ditempuh. Kondisi jalan bebatuan yang terjal dan berkelok-kelok menambah sulitnya menjangkau desa yang berada di puncak bukit itu.
Jalan menuju Desa Mantar hanya bisa dilalui kendaraan dengan tenaga penggerak empat roda atau “four wheel drive (4WD ) atau 4X4. Warga Desa Mantar pun hanya mengandalkan itu.
Jika Anda tertarik berwisata ke Desa Mantar, cara paling mudah mencapainya adalah memulai perjalanan dari wilayah Taliwang Sumbawa. Dari sini perjalanan dimulai menuju Dusun Seteluk dengan waktu tempuh sekitar 30-45 menit menggunakan mobil jeep untuk sampai di Mantar.
Namun perjuangan mencapainya akan setimpal dengan keindahan panorama yang didapatkan. Wisata desa Mantar memang bukan untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam secara instan.
Posting Komentar untuk "PESONA DESA MANTAR SUMBAWA, DARI LOKASI FILM SAMPAI MISTERI 7 ALBINO"