Difteri tiba-tiba
menjadi topik nasional, hal ini terkait dengan wabah penyakit difteri yang
melanda sejumlah wilayah di Indonesia selama 2017. Kementerian Kesehatan bahkan
menetapkan Kejadian Luar Biasa atas kejadian tersebut.
Apa itu difteri? Apa gejalanya, dan bagaimana pencegahan
serta pengobatannya? Disarikan dari berbagai sumber, berikut ini penjelasan
tentang penyakit difteri.
Difteri adalah sejenis
penyakit menular yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae dan
tergolong cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kematian, terutama pada
anak-anak.
Bakteri ini paling banyak bersarang di tenggorokan dan
hidung, sehingga membentuk selaput putih dan tebal yang lama-lama menutupi
saluran pernafasan atas. Karena itu difteri mudah sekali menular melalui batuk
atau bersin dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara
cepat.
Selain itu, bakteri tersebut juga bisa mengeluarkan racun
atau toksin yang bisa melumpuhkan otot jantung, dan saraf yang akhirnya
berujung pada kematian. Difteri bisa menyerang bayi, anak-anak, dan paling
banyak balita dan usia sekolah, serta remaja.
Karena penyakit difteri mudah menular, penderita yang
dirawat di rumah sakit biasanya diisolasi dan tidak boleh dikunjungi untuk
mencegah penularan.
Difteri memiliki masa inkubasi dua hari hingga enam hari dan akan menular selama dua minggu hingga empat minggu.
Difteri memiliki masa inkubasi dua hari hingga enam hari dan akan menular selama dua minggu hingga empat minggu.
Menurut dr. Anggraini Alam, Ketua Unit Kerja Koordinasi
(UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada dua
klasifikasi pada kasus difteri itu yakni kasus probable (tersangka) difteri dan
konfirmasi.
Kasus probabe merupakan kasus yang ditandai dan bergejala
gangguan saluran napas adanya pseudomembran pada hidung, faring, tonsil atau
laring.
Sedangkan kasus konfirmasi apabila terdapat tanda serta
gejala gangguan saluran napas atas hasil kultur swab tenggorok dan epidemiologi.
Gejala-Gejala Difteri
Gejala awal difteri bisa tidak spesifik seperti demam yang
tidak tinggi, sekitar 38 derajat celcius, nafsu makan menurun, lesu, nyeri
menelan dan nyeri tenggorokan, sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai
darah.
Namun, ada tanda khas pada penderita difteri, berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut dengan bull neck. Selaput ini mudah berdarah jika dilepaskan.
Namun, ada tanda khas pada penderita difteri, berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut dengan bull neck. Selaput ini mudah berdarah jika dilepaskan.
Adakalanya juga disertai sesak napas, saat berucap serak,
otot lemas, tenggorokan sulit menelan makanan dan suara mengorok.
Penyebab Wadah
Difteri
Sebagian besar atau hampir dua pertiga yang terkena difteri
karena belum pernah diimunisasi sama sekali, atau belum pernah diimunisasi DPT.
Selain imunisasi DPT tidak bisa mencegah difteri.
Pencegahan Difteri
Pencegahan utama difteri adalah dengan imunisasi lengkap,
selain itu ditunjang obat antibiotik serta antibiotik penisilin. Secara umum
hal tersebut dilakukan guna menetralkan toksin difteri yang ada di dalam tubuh
penderita.
Vaksin untuk imunisasi Difteri tersebut terdiri dari 3
jenis, yakni vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada
usia berbeda.
- Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan.
- Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan.
- Selanjutnya, diberikan Imunisasi Lanjutan (booster) pada
anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-Hib;
- Pada anak sekolah tingkat dasar kelas-1 diberikan 1 dosis
vaksin DT,
- Pada murid kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td,
- Kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.
Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat
ditentukan oleh cakupan imunisasi, yakni minimal 95%. Pada angka itu,
kekebalan kelompok tercapai, dan bakteri tidak bisa menyebar dan menginfeksi ke
pihak lain. Karenanya, imunisasi rutin dan massal jadi kunci pencegahan.
Imunisasi untuk cegah difteri ini mesti diulang setiap 10
tahun.
Pengobatan Penderita Difteri
Seseorang yang telah didiagnosa difteri, harus menjalani rawat
inap, lalu diberi antibiotik. Penderita difteri harus diisolasi selama dua
minggu, dan semua anggota keluarga baik itu kakak, ibu, nenek, kerabat,
tetangga bahkan teman sekolah wajib diperiksa juga. Terutama yang perlu
diprioritaskan imunisasi adalah mereka yang kontak dengan penderita.
Jadi, langkah pertama agar terhindari dari difteri adalah
melakukan vaksinasi lengkap.
Posting Komentar untuk "Mengenal Wabah Difteri Dan Cara Pencegahannya"