Tahun kabisat terjadi tiap 4 tahun sekali. |
Tahun kabisat memang istimewa terutama bagi mereka yang lahir di tahun tersebut. Dianggap istimewa karena tahun kabisat hanya muncul setiap empat tahun sekali. Namun mengapa jatuh pada bulan Februari?
Seperti diketahui, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat dan habis dibagi 400. Dan jatuh setiap tanggal 29 Februari.
Jika pada tahun bukan kabisat, bulan Februari hanya berlangsung 28 hari, maka pada tahun kabisat bulan Februari bertambah 1 hari, sehingga punya tanggal 29 Februari.
Maka mereka yang lahir pada tanggal 29 Februari di tahun kabisat hanya memiliki kesempatan berulang tahun setiap 4 tahun sekali.
Kebanyakan orang di dunia berpeluang lahir di tanggal 29 Februari sebanyak 1:1461 atau sekitar 5 juta orang di dunia. Umumnya orang yang lahir di tanggal istimewa tersebut merasa spesial karena lahir di tanggal yang tidak setiap tahun ada.
Kalau di Indonesia disebut tahun kabisat, secara Internasional, tahun kabisat dikenal dengan nama Leap Year.
Malaysia dan Singapura adalah beberapa negara yang menggunakan Leap Year, merujuk sistem penamaan Inggris dan negara-negara Eropa dan Amerika lainnya.
Orang yang lahir tanggal 29 Februari punya sebutan sendiri, yakni “Leaper”. Para leaper ini setiap tanggal 29 Februari mengadakan festival di kota Anthony, Texas, Amerika Serikat yang menjadi tempat berkumpulnya para Leaper di seluruh dunia atau orang yang lahir di tanggal kabisat.
Festival ini dirayakan dengan parade balon udara, carnaval dan berbagai turnamen yang diikuti para Leaper dari berbagai usia.
Nah, apa itu tahun kabisat, dan mengapa jatuh pada tanggal 29 Februari? Berikut uraiannya yang bersumber dari situs Cnnindonesia.
Asal-Usul Tahun Kabisat
Patung Julius Caesar (En.ammonnews.net) |
Arsip Lain:
Tahun kabisat diambil dari bahasa Arab, yakni kabisah yang artinya melompat. Melompat yang dimaksud ini adalah perpindahan dari tanggal 28 Februari ke 1 Maret pada tahun di luar kabisat. Karena itu, tahun kabisat sering digambarkan dengan simbol katak.
Dahulu Julius Caesar, seorang Kaisar Romawi, ingin membuat penanggalan dengan astronomi Sosiogenes, yang memperhitungkan adanya 365,25 hari dalam setahun.
Sosigenes Alenxandria adalah astronom pencetus tahun kabisat yang hidup di zaman kepemimpinan Julius Caesar pada masa Romawi, tepatnya tahun 1500 Masehi.
Hasil hitung-hitung Sosignes kala itu, bumi membutuhkan waktu selama 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45 detik atau 365,25 hari untuk mengelilingi matahari dalam orbitnya.
Untuk memudahkan hitungan, satu tahun dibulatkan menjadi 365 hari. Kelebihan sekitar enam jam dalam satu tahun itu digabungkan di tahun keempat sebagai satu hari (6 jam x 4 = 24 jam/hari). Dan tahun akumulasi tersebut disebut tahun kabisat.
Lalu kenapa kelebihan tersebut diberikan pada bulan Februari?
Dahulu Februari merupakan bulan terakhir dan Maret bulan pertama. Awalnya Februari terdiri dari 29 hari. Dan di tahun kabisat, setiap empat tahun sekali, Februari akan memiliki jumlah hari 30.
Namun pada saat Julius Caesar turun tahta dan digantikan oleh August Caesar, August sengaja mengganti nama salah satu bulan di penanggalannya menjadi bulan August (Agustus).
Tak hanya itu, jumlah hari di bulan Agustus yang harusnya hanya 30 hari, ditambahkan sehari menjadi 31. Bulan yang dikorbankan untuk 'dicomot' harinya adalah bulan Februari.
Karena itu, Februari yang awalnya berjumlah 29 hari berkurang sehari menjadi 28 hari di penanggalan reguler (non kabisat).
Dengan demikian, bulan Februari yang di masa Julius Caesar ditambahkan 1 hari menjadi 30 hari di tahun kabisat, justru dikurangi sehari oleh August Caesar menjadi 29 hari di tahun kabisat seperti berlaku sampai sekarang.
Lagi-lagi, mengapa harus Februari?
Dalam kalender yang digunakan di zaman itu, Februari adalah bulan terakhir dalam satu tahun.
Februari jadi bulan terakhir karena King Numa Pompilius menambahkan bulan Januari dan Februari untuk melengkapi 10 bulan yang sudah ada sebelumnya demi 'memperbaiki' jumlah hari yang ada setahun.
Karena Februari adalah bulan terakhir, maka ini adalah sasaran empuk untuk mengambil sehari dari jumlah hari yang dimilikinya. Penamaan bulan ini sudah dibuat sejak tahun pemerintahan King Numa Pompilius.
Dalam perkembangannya, sistem penanggalan ini pun kembali diperbaiki. Termasuk penyusunan nama bulan sampai menjadi seperti sekarang ini.
Penyesuaian kriteria kalender kabisat pun juga diperbaiki. Setelah dipakai selama 1500 tahun, penanggalan ini kembali menimbulkan masalah.
Pasalnya, setelah 1500 tahun, kesalahan penghitungan ini jadi selisih 10 hari, menurut perhitungan dokter Aloysius Lilius, astronomer Italia abad ke-16.
Pada akhirnya Paus Gregorius XIII mengubah ketentuan penambahan dan membuat kalender Gregorian. Dalam aturan ini mereka memutuskan untuk menerapkan kriteria tahun kabisat.
Melalui penetapan ini, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat. Hanya, ini tak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100, tahunnya harus habis dibagi 400. Penanggalan ini diresmikan pada tahun 1582.
Itulah sekilas asal muasal tahun kabisat yang terjadi setiap 4 tahun sekali mengapa jatuh pada bulan Februari, ternyata pertama kalinya diperkenalkan oleh Julius Caesar dan disempurnakan oleh Paus Gregorius.
Posting Komentar untuk "Asal-Usul Tahun Kabisat Tiap 4 Tahun Sekali, Mengapa Jatuh Pada Bulan Februari?"