![]() |
Cornelis Chastelein (via CNBC Indonesia) |
Depok bukan hanya sekadar nama kota otonom di Jawa Barat yang berbatasan dengan Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor, melainkan juga cermin dari sejarah panjang yang bermula sejak abad ke-17.
Kini, sebagai salah satu kota satelit Jakarta dengan populasi sekitar 2 juta jiwa, Depok menyimpan kisah unik di balik nama yang banyak disalahpahami.
Asal Usul Nama yang Penuh Makna
Menurut informasi yang pernah dimuat di CNBC Indonesia, nama "Depok" sebenarnya merupakan singkatan dari De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen.
Jika diterjemahkan, frasa tersebut berarti "Organisasi Kristen Protestan Pertama". Singkatan inilah yang kemudian melekat dan mengukir identitas wilayah tersebut.
Meskipun saat ini banyak warga Depok yang tidak mengetahui kepanjangan dan makna di balik nama kota mereka, sejarah menunjukkan betapa erat kaitannya dengan perkembangan komunitas Kristen Protestan di masa kolonial.
Jejak Sejarah dan Peran Cornelis Chastelein
Kisah dimulai dengan sosok Cornelis Chastelein, seorang pegawai VOC yang memulai karirnya di usia muda dan berhasil naik hingga menjadi saudagar utama serta anggota Dewan Kota Batavia.
Dengan gaji bulanan antara 200–350 gulden—jumlah yang sangat besar pada masanya—Chastelein tidak menghamburkannya, melainkan menginvestasikannya untuk membeli tanah di sekitar Batavia.
Pada tahun 1693, ia membeli sebidang tanah di kawasan Weltevreden (sekarang dikenal sebagai Gambir) yang kemudian difungsikan untuk menanam tebu.
Tak berhenti di situ, dua tahun setelahnya, Chastelein pensiun dari VOC dan membeli lahan di Serengseng (kini Lenteng Agung) untuk menikmati masa pensiunnya sebagai tuan tanah.
Di lokasi inilah, bersama keluarganya dan sekitar 150 budak—yang sebagian besar berasal dari luar Jawa dan kemudian menganut agama Kristen—ia membangun rumah besar dan perkebunan produktif yang menghasilkan tebu, lada, pala, dan kopi.
Sebagai seorang Kristen yang taat, Chastelein menunjukkan rasa kemanusiaan yang tinggi. Sebelum wafat pada 28 Juni 1714, melalui surat wasiat tertulis pada 13 Maret 1714, ia mengamanahkan seluruh hartanya tidak hanya kepada keluarga, melainkan juga kepada para budak yang telah dimerdekakannya.
Amanah ini mendorong para bekas budak untuk mendirikan komunitas yang kemudian dinamai De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen.
Lambat laun, nama komunitas ini diringkas menjadi "Depok", dan keturunannya pun dikenal sebagai "Belanda Depok".
Dari Masa Kolonial Menuju Era Modern
Sejarah Depok tidak berhenti di situ. Catatan sejarah juga mencatat bahwa wilayah ini pernah menjadi pusat Residensi Ommelanden van Batavia atau Keresidenan Daerah sekitar Jakarta, berdasarkan Keputusan Gubernur Batavia tertanggal 11 April 1949.
Hal ini menunjukkan betapa strategisnya posisi Depok sejak masa lalu, yang hingga kini mendukung perkembangan sebagai kota metropolitan.
Selain itu, di era modern muncul pula interpretasi baru terhadap kepanjangan nama Depok, seperti "Daerah Permukiman Orang Kota."
Meskipun demikian, akar sejarah yang berkaitan dengan perjuangan, penyebaran agama, dan kemanusiaan tetap menjadi bagian penting dari identitas kota ini.
Depok Kini: Kota Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Saat ini, Depok tidak hanya dikenal karena sejarahnya yang kaya, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.
Dengan sejumlah perguruan tinggi ternama dan berbagai fasilitas pendukung, kota ini terus berkembang sebagai bagian integral dari ekosistem metropolitan Jabodetabek.
Melalui perjalanan waktu, Depok telah bertransformasi dari sebuah wilayah yang dipengaruhi kebijakan kolonial menjadi kota modern yang dinamis, menyimpan warisan sejarah dan semangat inovasi yang terus menginspirasi penduduknya.
Posting Komentar untuk "Asal-Usul Nama Kota Depok: Singkatan Bahasa Belanda yang Menyingkap Sejarah dan Warisan Kristen Protestan"