Tak bisa dipungkiri, kepopuleran motor bebek Honda, khususnya Honda Super Cub, sangat tinggi di seluruh dunia. Bahkan, motor ini tercatat sebagai motor bebek dengan jumlah produksi terbanyak di dunia dan dikenal sebagai salah satu motor paling populer dan legendaris di Indonesia.
Sebagai bukti, hingga tahun 2014, Honda Super Cub telah diproduksi lebih dari 87 juta unit secara global, menjadikannya salah satu kendaraan bermotor paling sukses dalam sejarah otomotif.
Di Indonesia, salah satu model Super Cub yang paling ikonik adalah Honda C70.
Motor ini mulai diproduksi pada tahun 1971 dan dengan cepat menjadi favorit masyarakat berkat desainnya yang klasik, konsumsi bahan bakar yang irit, serta daya tahan mesinnya yang luar biasa.
Sebenarnya, Honda memiliki banyak varian dalam seri C, seperti C50, C80, C90, C100, C100EX, dan yang terbaru, C125.
Namun, di Indonesia, Honda C70 tetap menjadi yang paling populer dan memiliki basis penggemar yang loyal.
Salah satu daya tarik utama Honda C70 adalah mesinnya yang sederhana namun tangguh. Motor ini hadir dengan berbagai pilihan mesin, mulai dari kapasitas 49cc hingga 124cc, tergantung pada model dan variannya.
Teknologi mesin empat tak yang digunakan Honda C70 juga terkenal andal dan minim perawatan, menjadikannya pilihan ideal bagi masyarakat pada masanya.
Tren Restorasi dan Koleksi Honda C70
Seiring dengan meningkatnya tren motor bebek klasik, Honda C70 kembali menjadi buruan para kolektor dan penggemar otomotif.
Banyak orang tertarik untuk merestorasi motor ini agar kembali ke kondisi orisinalnya, atau bahkan memodifikasinya agar lebih modern tanpa menghilangkan kesan klasiknya.
Keunggulan lain dari Honda C70 adalah ketersediaan suku cadangnya yang masih relatif mudah ditemukan di pasaran, baik dalam bentuk orisinal maupun reproduksi.
Hal ini menjadi faktor penting yang membuat motor ini tetap diminati hingga saat ini.
Selain itu, komunitas pecinta Honda C70 juga cukup besar, dengan berbagai klub dan forum yang aktif berbagi informasi serta tips perawatan dan restorasi.
Harga Honda C70 pun terus meningkat seiring dengan bertambahnya peminat. Di pasar motor bekas, unit Honda C70 yang masih dalam kondisi baik bisa dihargai cukup tinggi, terutama jika masih menggunakan suku cadang asli dan memiliki kelengkapan dokumen.
Bahkan, di beberapa lelang atau komunitas penggemar, Honda C70 dengan kondisi istimewa bisa dihargai lebih dari harga motor baru saat ini.
Kesuksesan Honda C70 membuktikan bahwa motor bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari sejarah dan budaya otomotif yang terus hidup di hati para penggemarnya.
Keunikan desainnya yang tak lekang oleh waktu, serta daya tahannya yang luar biasa, membuat Honda C70 tetap menjadi legenda di dunia otomotif Indonesia.
Berbagai Julukan Untuk Honda C70
Bisa dikatakan inilah motor yang paling banyak memiliki julukan atau sebutan di Indonesia. Di berbagai daerah kita mengenal banyak nama panggilan berbeda untuk motor klasik Honda C70 ini. Hampir setiap daerah dan komunitas mempunyai nama panggilan kesayangan sebagai ungkapan kekaguman terhadap motor ini.
Setiap julukan mencerminkan nilai historis dan sentimental yang melekat pada Honda C70 di hati para penggemarnya.
Dilansir dari situs Kabaroto.com, berikut nama-nama sebutan untuk Honda C70 di berbagai daerah Indonesia.
Di Jakarta, C70 diberi julukan Honda "Pitung". Menurut beberapa sumber, nama tersebut merupakan sebuah plesetan dari bahasa Jawa "pitung puluh" yang artinya tujuh puluh.
Wilayah Pati, Kudus, Rembang memanggil motor C70 dengan sebutan 'Kaoto'. Yang berasal dari nama gagang serut kayu yang mirip dengan model setang.
Di Surabaya, Gresik menyebutnya dengan sapaan Koentoel (burung bangau) untuk C70.
Sebutan Koentoel ini konon berkaitan dengan bentuk stang C70 yang mengingatkan sayap burung bangau yang sedang mengepakkan sayapnya.
Berbeda dengan wilayah Solo, disana para pecinta otomotif memanggil Honda Pletuk untuk C70. Sebutan ini diambil dari bunyi mesinnya : pletuk...pletuk.
Sama halnya di Jakarta, pecinta otomotif di daerah Yogyakarta, menyebut C70 dengan istilah Si Pitung (bahasa Jawa) yang merupakan kependekan dari pitung puluh (70).
Sementara untuk wilayah Sukabumi dan Cianjur, mereka menyapanya dengan sebutan, Onyo. Yang artinya bebek.
Untuk Bekasi, di mata pecinta otomotif C70 dikenal dengan sebutan Lenci. Telinga kelinci yang mirip stang.
Bagaimana untuk wilayah Sumatera?
Di wilayah Sumatera khususnya Lampung, menyebut Honda C70 dengan istilah Jangkrik. Karena tampak mukanya mirip jangkrik.
Di Pringsewu, C70 mempunyai nama sebutan Dungkul, yang artinya bebek.
Sedangkan di wilayah Metro Lampung, ada istilah Unyil untuk menyebut C70, karena motornya kecil.
Sedangkan di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya, Honda C70 dikenal juga dengan sebutan Honda Cethul.
Nah itulah beberapa nama panggilan atau sebutan untuk Honda Super Cub C70 ini.
Julukan-julukan tersebut menggambarkan betapa dalamnya hubungan antara masyarakat dan Honda C70, yang tidak hanya dilihat sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai bagian dari sejarah dan budaya otomotif Indonesia.
Apakah di daerahmu ada nama panggilan yang berbeda dari yang sudah disebutkan, yuk komentar dibawah ya?
Posting Komentar untuk "Berbagai Sebutan Untuk Motor Legendaris Bebek Honda C70"